Rabu, 04 November 2015

“Pengaruh Metode Mengajar Bervariasi Berdasarkan Markus 12:13-17 Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Siborongborong Tahun Pembelajaran 2014/2015.



ABSTRAK

Sihotang, Nicoalus. 2014. “Pengaruh Metode Mengajar Bervariasi Berdasarkan Markus 12:13-17 Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Siborongborong Tahun Pembelajaran 2014/2015.
Kata Kunci : Metode Mengajar bervariasi berdasarkan Markus 12:13-17, Minat Belajar     Siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Metode Mengajar Bervariasi berdasarkan Markus 12:13-17 terhadap Minat Belajar Siswa kelas XI SMA Negeri 2 Siborongborong dengan Hipotesa terdapat Pengaruh yang positif dan signifikan antara Metode Mengajar Bervariasi berdasarkan Markus 12:13-17 terhadap Minat Belajar Siswa kelas XI SMA Negeri 2 Siborongborong. Populasi dalam Penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 2 Siborongborong yang berjumlah 284 orang dan sampel penelitian sejumlah 55 orang sehingga penelitian ini adalah penelitian Sampel.
Instument penelitian ini berupa angket. Angket diujicobakan kepada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Siborongborong sejumlah 30 orang diluar sampel, semua angket dalam penelitian ini adalah valid >  dimana variabel X berada diantara 0,422 sampai dengan 0,821 > 0,361, dan pada variabel Y berada diantara 0,399 sampai dengan 0,769 > 0,361 dengan demikian angket dikatakan Valid. Nilai reliabilitas Angket pada variabel X dan Y yaitu 0,827 dan 0,839 nilai berada pada indeks korelasi Tinggi dengan demikian angket reliabel, dan dapat digunakan sebagai instrument penelitian.
Data penelitian dianalisa dengan langkah sebagai berikut, menguji persyaratan analisa yang terdiri dari : (1) Uji Hubungan  sebesar 0,620 >  0,226 menunjukkan terdapat hubungan korelasi yang positif antara variabel X dan Y. (2) Uji signifikan Hubungan antara variabel X dan Y terdapat  >  yaitu 5,725 > 2,000. Hal ini menunjukkan berarti terdapat hubungan yang signifikan Pengaruh Metode Mengajar Bervariasi Berdasarkan Markus 12:13-17 terhadap Minat Belajar Siswa. (3) Pengaruh Metode Mengajar Bervariasi Berdasarkan Markus 12:13-17 terhadap Minat Belajar Siswa, dengan menggunakan rumus determinasi terdapat  , (4 ) Persamaan Regresi diperoleh harga Ῡ : a +bx adalah Ῡ = 15,03 + 0,67x. Persamaan ini berarti ada hubungan fungsional antara variabel X dan Y, yang berarti Minat Belajar Siswa kelas XI SMA Negeri 2 Siborongborong sebesar 15,03 + 0,67x. ( 5 ) Uji signifikansi Pengaruh didapat   >   ( 33,18 > 4,00) artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara Pengaruh Metode Mengajar Bervariasi berdasarkan Markus 12:13-17 terhadap Minat Belajar Siswa kelas XI SMA Negeri 2 Siborongborong, dengan demikian dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima.





BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Salah satu faktor utama untuk mencapai sukses dalam segala bidang, baik berupa studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat, hal ini dikarenakan dengan tumbuhnya minat dalam diri seseorang akan melahirkan perhatian untuk melakukan sesuatu dengan tekun dalam jangka waktu yang lama, lebih berkonsentrasi, mudah untuk mengingat, dan tidak mudah bosan dengan apa yang dipelajarinya. Oleh karena itu, tinggi rendahnya perhatian atau rasa senang seseorang terhadap objek dipengaruhi oleh tinggi rendahnya minat seseorang tersebut.
1
Dengan demikian minat sangatlah dibutuhkan untuk menciptakan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Sebagaimana dikatakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:749): minat merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu”. Kemudian dengan minat maka akan mendorong ke arah keberhasilan seseorang seperti yang dikemukakan oleh Gunarsa 2011:129-130): “Minat merupakan pendorong ke arah keberhasilan seseorang”. Selanjutnya dengan minat juga siswa akan terlibat kepada setiap proses pembelajaran yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan, hal ini juga dikatakan Khairani (2013:142) bahwa : “Minat belajar adalah keterlibatan sepenuhnya seorang peserta didik dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan pencapaian pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yang dituntutnya di Sekolah”.
Dengan didasari oleh pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa minat belajar merupakan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan serta pencampaian pemahaman akan pelajaran atau pengalaman yang disertai rasa suka, senang dan ketertarikan untuk belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Dalam hal proses pembelajaran, minat belajar besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang, karena jika seseorang berminat tentu akan melakukan sesuatu yang diminatinya dan memberikan perhatiannya mengenai apa yang dipelajarinya karena ada rasa ingin tahu terhadap pelajaran tersebut. Minat yang kuat juga akan menimbulkan usaha yang gigih dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan dalam pembelajaran. Untuk itu minat belajar merupakan salah satu modal awal dalam proses pembelajaran siswa, baik ketika berada di sekolah maupun di luar sekolah dalam mewujudkan tujuan pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Ibu Septi Tampubolon sebagai guru bidang studi Pendidikan Agama Kristen (PAK) mengenai minat belajar pada mata pembelajaran PAK di Kelas XI SMA Negeri 2 Siborongborong terlihat bahwa sebagian besar minat belajar siswa masih rendah, hal ini ditunjukkan dari berbagai permasalahan berikut, yaitu : 1) Apabila guru sedang menjelaskan materi, masih banyak siswa yang berbicara sendiri, atau main-main dengan teman sebangkunya. 2) Apabila guru bertanya kepada siswa tentang materi yang baru saja diajarkan, kebanyakan siswa diam saja dan tidak merespon pertanyaan dari guru. 3) Sebagian besar siswa tidak berani bertanya kepada guru jika mereka belum memahami materi yang diajarkan.
Mengingat begitu pentingnya minat dalam hal belajar, maka diperlukan adanya dukungan dari luar maupun dari dalam diri siswa yang bisa memberikan pengaruh yang positif terhadap minat belajar siswa agar memperoleh pengetahuan, ketrampilan serta pencampaian pemahaman akan pelajaran atau pengalaman yang disertai rasa suka, senang dan ketertarikan untuk belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah. Misalnya metode mengajar bervariasi , lingkungan, motif sosial, emosi motivasi dan lain-lain.
Salah satu dari yang mempengaruhi minat belajar tersebut adalah cara mengajar guru yaitu dengan menggunakan metode bervariasi. Pada suatu kondisi tertentu anak didik merasa bosan dengan satu metode saja dan sebaliknya jika guru menggunakan metode yang bervariasi akan menggairahkan minat belajar siswa yaitu dengan melihat keterlibatan sepenuhnya seorang siswa kepada segenap kegiatan belajar mengajar secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan pencapaian pemahaman tentang pengetahuan di sekolah dan juga di luar sekolah.
Jika melihat dalam Perjanjian Baru, metode mengajar bervariasi ini sebelumnya sudah digunakan oleh Sang Guru Agung yaitu Yesus Kristus. Di dalam pengajaran-Nya, Ia menggunakan beberapa metode untuk menyampaikan pengetahuan kepada murid-murid-Nya dan juga kepada orang banyak untuk menyampaikan pengetahuan. Salah satu metode bervariasi yang dilakukan oleh Yesus tertulis dalam  Markus 12:13-17. Di dalam setiap pengajaran-Nya, Dia menginginkan perhatian yang besar dari para pendengar-Nya untuk memperoleh pengetahuan, pencampaian pemahaman akan ajaran-Nya.
Bertitik tolak dari Latar Belakang di atas, maka penulis termotivasi mengangkat masalah ini untuk diteliti dengan judul ; “Pengaruh Metode Mengajar Bervariasi Berdasarkan Markus 12:13-17 Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Siborongborong Tahun Pembelajaran 2014/2015”

B.     Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah menguraikan masalah itu timbul oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar terdiri atas metode mengajar bervariasi , lingkungan, motif sosial, emosi dan motivasi, sebagai berikut:
Lingkungan
(X2)
Motivasi
(X5)
Minat Belajar Siswa
(Y)
Motif Sosial
(X3)
Emosi
(X4)
Metode mengajar bervariasi (X1)
 
1.      Metode Mengajar Bervariasi (X1)
JT. Loekmono (dalam http://apria3.blogspot.com/2014/01/.html) diakses tanggal 25 Agustus 2014 mengemukakan bahwa: “salah satu cara yang dilakukan untuk menumbuhkan minat adalah gunakan metode yang bervariasi dan media pembelajaran yang menarik sehingga dapat merangsang anak untuk belajar”
           2.      Lingkungan (X2)
Menurut Crow dalam Khairani (2013:139-140): “Rangsangan yang datang dari lingkungan yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan minat. Misalnua kecenderungan terhadap belajar, dalam hal ini seseorang mempunyai hasrat ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan”.
3.      Motif sosial (X3)
Menurut Crow dalam Khairani (2013:139): “Minat belajar dipengaruhi oleh motif sosial, misalnya seseorang berminat pada prestasi tinggi agar dapat status sosial yang tinggi pula”.
4.      Emosi (X4)
            Menurut Crow dalam Khairani (2013:139): “Faktor perasaan dan emosi mempunyai pengaruh terhadap obyek, misalnya peralanan sukses yang dipakai individu dalam suatu kegiatan tertentu dapat pula membangkitkan perasaan senang dan dapat menambah semangat atau kuatnya minat dalam kegiatan tersebut”.
5.      Motivasi (X5)
                  Menurut Yamin (2010;80): “Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman. Motivasi mendorongdan mengarah minat belajar untuk mencapai tujuan”
                 
C.    Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah  merupakan upaya untuk menerapkan batasan-batasan permasalahan dengan jelas yang memungkinkan untuk mengidentifikasikan setiap faktor yang termasuk ke dalam ruang lingkup permasalahan. Sehingga dapat diselesaikan dengan mudah, singkat dan tepat.
Adapun batasan masalah penelitian tersebut, yakni:
     1.      Metode Mengajar Bervariasi Berdasarkan Markus 12:13-17 sebagai Variabel Bebas (X)
     2.      Minat Belajar Siswa sebagai Variabel Terkat (Y)

D.    Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas maka yang menjadi perumusan masalah adalah sebagai berikut: “Apakah Metode Mengajar Bervariasi Berdasarkan Markus 12 : 13 - 17 berpengaruh Positif dan Signifikan terhadap Minat. Belajar Siswa Kelas XI di SMA Negeri 2 Siborongborong Tahun Pembelajaran 2014/2015?”

E.     Tujuan Penelitian
            Tujuan penelitian merupakan hasil yang hendak dicapai dari segala usaha yang dilakukan. Dengan kata lain, bahwa segala kegiatan yang didalamnya mulai dari perencanaan hingga evaluasi harus mempunyai tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu serta berusaha semaksimal mungkin untuk mencapainya.  Dengan demikian, ada pun tujuan yang akan diperoleh penulis dalam penelitian ini: “Untuk mengetahui apakah terdapat Pengaruh yang Positif dan Signifikan dari Metode Mengajar Bervariasi Berdasarkan Markus 12:13-17 terhadap Minat Belajar Kelas XI SMA Negeri 2 Siborongborong Tahun Pembelajaran 2014/2015.”

F.     Manfaat Penelitian
      Sehubungan dengan penelitian ini, maka manfaat yang diharapkan adalah:
1.      Sebagai bahan masukan bagi Guru Pendidikan Agama Kristen (PAK)
2.      Sebagai bahan bacaan di Perpustakaan STAKPN Tarutung dan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya yang ada kaitannya dengan judul karya ilmiah ini
3.      Menambah pengalaman dan kemampuan penulis dalam penulisan karya ilmiah
4.      Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Kristen (S.Pd.K) di STAKPN Tarutung.



BAB II
                                                KAJIAN PUSTAKA             

A.  Kerangka Teoritis
1.  Metode Mengajar Bervariasi Berdasarkan Markus 12:13-17
1.1.   Pengertian Metode Mengajar
Metode mengajar merupakan cara yang tepat digunakan dalam pengajaran agar mencapai tujuan dalam pembelajaran. Suryosubroto (2009:141) mengatakan : “Metode mengajar adalah cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Makin tepat metodenya, diharapkan makin efektif pla pencapaian tujuan tersebut”. Kemudian Daryanto (2013:1) mengatakan bahwa: “metode pembelajaran adalah cara pembentukan atau pemantapan pengertian peserta terhadap suatu penyajian informasi/bahan ajar”. Selanjutnya Sabri (2010:49) mengatakan: “metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik-teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok”.
Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa metode mengajar adalah suatu cara yang dilakukan guru dalam dalam menyajikan materi pembelajaran untuk mempermudah pemahaman siswa dalam menerima pengajaran saat proses pembelajaran dengan menyesuaikan materi pembelajaran yang akan dibahas dengan metode yang akan digunakan.

8
 

1.2.   Jenis-jenis Metode Mengajar
                 Interaksi yang positif dan menyenangkan termasuk ke dalam salah satu faktor yang menumbuhkan minat siswa, oleh sebab itu seorang guru harus dapat menyesuaikan pemilihan metode dengan teknik komunikatif yang diungkapkan oleh K.O. Gangel dalam Sijabat (2009:231-232), yaitu:
1.    Metode yang hanya menekankan komunikasi satu arah, yaitu dari pihak guru kepada peserta didiknya. Metode yang termasuk kedalamnya ialah ceramah, kuliah, cerita, demonstrasi, dan metode audio visual (video, poster dll.).
2.    Metode yang membangun komunikasi satu arah, yaitu dari peserta didik kepada pengajarnya. Metode yang termasuk ke dalamnyaialah laporan tugas membaca, laporan hasil riset, studi kasus, studi kelompok, studi mandiri, percobaan lapangan, surat menyurat, survey lapangan, menikuti buku pegangan, hafalan, tes, paper, serta tulisan reflektif.
3.    Metode yang membangun komunikasi dua arah, yaitu terjadinya relasi dan interaksi dialogis antara guru dan peserta didik serta di antara sesama murid. Ada tiga kategori metode yang termasuk dapat meciptakan relasi dan interaksi dialogis itu.
a.    Diskusi kelompok: brainstorming, buzz-group, studi kasus, kelompok kecil, forum, wawancara, diskusi panel, seminar, simponsium, kolokium, lokakarya, berbagi rasa, dll.
b.    Drama:  dialog, bacaan dramatis, mimic, pantonim, permainan, permainan peran, sosiodrama, tabloid, dll.
c.    Metode proyek: studi kasus, mentor (bimbingan studi), kelompok kerja, pemecahan masalah, dll.

Kemudian Djamarah dan Aswan Zain (2006:83-98) mengatakan bahwa metode mengajar banyak jenisnya tetapi tidak digunakan dengan satu metode saja melainkan harus dikombinasikan dengan metode yang lain, di antaranya:
1.      Metode Proyek
Metode proyek atau unit adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.

2.      Metode eksperimen (percobaan)
Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.
3.      Metode tugas dan Resitasi
Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikn tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Misalnya, tugas yang dilaksanankan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di bengkel, di rumah siswa atau di mana saja asal tugas dapat dikerjakan.
4.      Metode diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswi dihdapakan kepada suatu masalah yang bisa berupa peryataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk di bahas dan dipecahkan bersama.
5.      Metode Sosiodrama
Metode sosiodrama dan role play (peragaan peran) dapat dikatakan sama artinya dan dalam pemakaiannya sering disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.
6.      Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasiatau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang disertai dengan penjelasan lisan.
7.      Metode pemecahan masalah (problem Solving)
Metode pemecahan masalah bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam metode pemecahan masalah dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
8.      Metode Karyawisata
Karyawisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa  ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari/ menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, bengkel mobil, took serba ada dan sebagainya. Banyak istilah yang digunakan, tetapi maksudnya sama dengan karyawisata, seperti widyawisaya, study tour (kunjungan belajar) da nada pula dalam awktu beberapa hari atau waktu panjang.
9.      Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.



10.  Metode latihan
Metode latihan yang disebut juga metode training, mreupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketetapan, kesempatan dan keterampilan
11.  Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak daulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar.

Dari uraian di atas terdapat berbagai jenis metode yang dapat digunakan guru dalam mengajar. Untuk itu guru harus mampu untuk memilih metode yang tepat dan menggunakan variasi metode dalam mengajar dengan menyesuaikan materi pembelajaran agar tercipta suasana pembelajaran yang membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap materi pembelajaran yang sedang berlangsung.
1.3.    Metode Mengajar Bervariasi
Metode mengajar bervariasi sangatlah mempengaruhi minat belajar siswa. Jika metode yang digunakan guru monoton, maka bisa  berpengaruh tidak baik bagi siswa. Untuk itu dalam suatu proses pembelajaran sangat perlu digunakan metode bervariasi agar dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa seperti halnya yang dikemukakan oleh Sijabat (2011:230): “Untuk sebuah kegiatan mengajar, guru perlu memberikan  kesempatan bagi anak didiknya untuk melakukan beberapa aktivitas yang bervariasi, bergantung pada waktu dan tujuan serta fasilitas dan ruang belajar”.
Suryosubroto (2009:36): “metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa, serta metode mengajar secara bervariasi”. Selanjutnya Mulyasa (2009:107) mengatakan bahwa: “Implikasinya pada pembelajaran harus memberikan pengalaman bervariasi dengan metode yang efektif dan bervariasi”.
Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa metode mengajar bervariasi merupakan cara mengajar yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan lebih dari satu metode atau penggabungan beberapa metode yang digunakan dalam mengajar sesuai dengan materi yang hendak diajarkan untuk menumbuhkan suasana belajar siswa dengan baik.
1.4.     Jenis-jenis Metode Mengajar Bervariasi Berdasarkan Markus 12:13-17
1.    Metode Observasi
    Jauh sebelumnya dalam Perjanjian Baru metode observasi sudah digunakan untuk memperoleh pengetahuan, salah satunya dibuktikan berdasarkan Markus 12:13-14a yang berbunyi:
“Kemudian disuruh beberapa orang Farisi dan Herodian kepada Yesus untuk menjerat Dia dengan suatu pertanyaan. Orang-orang itu datang dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan Engkau tidak takut kepada siapapun juga, sebab Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah dengan segala kejujuran.

Dari nats di atas dapat dilihat bahwa orang Farisi dan Herodian melakukan suatu pengamatan kepada Yesus. Hal itu dibuktikan karena mereka sudah mengetahui bahwa Yesus adalah seorang yang jujur dan mengajar jalan Allah dengan segala kejujuran.
               Pada saat ini metode observasi (pengamatan) sudah digunakan dalam meningkatkan kreatifitas anak didik seperti halnya yang dikemukakan oleh Sumyatiningsih dan Stephanus (2013:6): “Salah satu ciri khas dari kurikulum 2013 adalah konsep dasar pembelajaran mengedepankan pengalaman inidividu melalui observasi (meliputi menyimak, melihat, membaca, mendengarkan)”. Jika dilihat dari segi komunikasi Gangel dalam Sidjabat (2009:231): “metode observasi merupakan metode yang menggunakan komunikasi satu arah, yaitu dari peserta didik kepada pengajarnya.”
Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa metode observasi (pengamatan) merupakan suatu cara yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran yang melibatkan secara langsung kepada siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah untuk melakukan suatu pengamatan yaitu menyimak, melihat, membaca, dan mendengarkan tentang suatu pelajaran tertentu. Sehingga dengan cara itu siswa memberikan laporan kepada guru tentang hasil yang sudah diamati tersebut.
2.    Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab bukanlah hal baru yang dilakukan dalam pengajaran, Alkitab mencatat bahwa pada zaman Perjanjian Baru, metode ini sudah ada. Hal itu dapat dilihat dalam Markus 12:15-17 yang berbunyi:
“Tetapi Yesus mengetahui kemunafikan mereka, lalu berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mencobai Aku? Bawalah ke mari suatu dinar supaya Kulihat!" Lalu mereka bawa. Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!" Mereka sangat heran mendengar Dia”.

Dari nats di atas dapat dilihat bahwa orang-orang Farisi dan Herodian melakukan tanya jawab dengan Yesus, adapun tanya jawab menimbulkan komunikasi antara kedua belah pihak secara timbal balik. Dari penjelasan ini dapat dipahami bahwa metode tanya jawab merupakan cara untuk memperoleh jawaban akan suatu masalah dengan mengadakan komunikasi antara oknum yang berbeda. Pada zaman ini metode tanya jawab sering dipakai guru dalam mengajar untuk mengadakan komunikasi antara guru dan murid sehingga dalam komunikasi guru dapat menyampaikan pelajaran, hal itu diungkapkan Sabri (2010:52):
“Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat  adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru dan siswa”.

Selain itu metode tanya jawab juga dapat memberikan aksi antara guru dengan siswa yaitu guru dapat mengarahkan perhatian siswa kepada pelajaran yang dibahas dan menstimulus emosi siswa agar lebih tertantang untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan pelajaran. Sebagaimana yang dikatakan Kristianto (2010:15):
“Dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan, Tuhan Yesus tidak hanya memperoleh bermacam-macam informasi, tetapi juga memiliki tujuan lain, yaitu: Sebagai simulasi perhatian (Mat. 16:13), menjernihkan pikiran (Mrk. 10:3), Mengungkapkan emosi (Mat. 12:34), Menekankan kebenaran (Mat. 16:26), Menerapkan kebenaran (Luk 10:36), Menegur (Mat. 21:25-27), Meyakinkan (Mat. 2:25)”.

            Selanjutnya (Istarani 2012:18) mengatakan:
            “Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya jawab, antara lain:
a. Untuk mengetahui sejauh mana materi pelajaran telah dikuasai oleh siswa.
b. Untuk merangsang siswa berfikir.
c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan masalah yang belum dipahami”.

Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa metode tanya jawab merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru dalam mengajar melalui pertanyaan agar tercipta komunikasi antara guru dan siswa sehingga dengan adanya komunikasi dalam bentuk tanya jawab siswa dapat berpartisispasi dalam pembelajaran dan guru dapat menyampaikan pelajaran.
3.         Metode mengajar dengan Media Pembelajaran/alat peraga
Selain metode tanya jawab, Markus 12: 15-17 juga menjelaskan bahwa pada zaman Perjanjian Baru metode mengajar dengan media pembelajaran/alat peraga sudah digunakan. Hal itu bisa dilihat ketika Yesus memakai uang dinar sebagai media/alat peraga untuk menyampaikan pesan kepada orang banyak tentang hal yang diberikan kepada Kaisar dan kepada Allah. Dari penjelasan ini dapat dipahami bahwa metode mengajar dengan media/alat peraga merupakan usaha pengajar untuk menyampaikan maksud/pesan dengan  menggunakan media/alat peraga. Menurut Arsyad (2007:3): “Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘Pengantar’ ”. Adapun suasana orang banyak pada saat Yesus menjelaskan maksud-Nya dengan media ialah perhatian pendengar terarah kepada perkataan Yesus dengan memberikan respon terhadap pertanyaan Yesus, selain itu media (uang dinar) juga menolong pendengar memberikan jawaban atas pertanyaan. 
                Sama halnya dalam proses pembelajaran, guru dapat menggunakan media/alat peraga dalam mengajar agar perhatian siswa terarah dalam proses pembelajaran serta membantu siswa dalam menangkap pengertian dan pemahaman dalam pembelajaran dengan begitu media/alat peraga dapat membantu mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif, sebagaimana yang dinyatakan Sabri (2010:108):
“Fungsi dan Nilai Media:
1.    Penggunaan media dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi tersendri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
2.    Penggunaan media dalam pembelajaran bukan semat-mata alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses belajar supaya lebih menarik perhatian siswa.
3.    Penggunaan media dalam pembelajaran dan membantu untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian dan pemahaman dari proses pembelajaran yang berlaku”.
Selanjutnya hal yang sama juga diungkapkan Arsyad (2007:15) “salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru”.  
Selain hal di atas Daryanto (2013:32) juga menambahkan peran media dalam pembelajaran:
“Peran Media Pembelajaran:
1.    Menghindari terjadinya verbalisme.
2.    Membangkitkan minat/motivasi.
3.    Menarik perhatian peserta.
4.    Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan ukuran.
5.    Mengaktifkan peserta dalam kegiatan belajar.
6.    Mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.
7.    Menambah pengertian nyata suatu informasi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa metode mengajar dengan media/alat peraga merupakan cara pembelajaran dengan menggunakan media/alat peraga dengan tujuan siswa maupun guru dapat terbantu mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif dalam segi waktu dan kondusif pada tempat dan suasana.

4.    Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Sesuai dengan konteks Markus 12:13-17, Pemecahan masalah (Problem Solving) merupakan akhir dari jenis metode yang digunakan Yesus dalam situasi pertentangan antara Yesus dengan orang Farisi dan Herodian yang berupaya untuk menjerat Yesus dengan pertanyaan mengenai sikap-Nya terhadap kaisar. Adapun bentuk metode Problem Solving yang digunakan Yesus pada saat itu ialah ketika Yesus memecahkan masalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang didukung oleh data-data sehingga menarik kesimpulan sebagai jalan keluar atas permasalahan. Dari penjelasan ini, metode Problem Solving merupakan usaha individu dalam memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan data-data sampai kepada tahap menarik kesimpulan sebagai jalan keluar.
Dalam pembelajaran, guru juga dapat menggunakan metode ini untuk membantu siswa dalam menarik kesimpulan atas suatu masalah yang ada dalam bahan materi pelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan Djamarah dan Zain (2006:83-98): “Metode pemecahan masalah bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam metode pemecahan masalah dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan”. Adapun langkah-langkah metode ini Sabri (2010:58-59):

Langkah-langkah metode ini:
1.    Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
2.    Mencara data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi dan lain-lain.
3.    Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh pada langkah kedua di atas.
4.    Menguji ebenaran jawaban sementara dari masalah tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masaalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok.
5.    Menarik kesimpulan. Artinya sisiwa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Mulyasa (2009:111):

“Berdasarkan  hal tersebut, pembelajaran dengan metode pemecahan masalah akan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1.    Merasakan adanya masalah-masalah yang potensial;
2.    Merumuskan masalah;
3.    Mencari jalan keluar
4.    Memilih jalan keluar yang paling tepat;
5.    Melaksanakan pemecahan masalah;
6.    Menilai apakah pemecahan masalah yang dilakukan sudah tepat atau belum”                         

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa metode Problem Solving merupakan metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran dengan mengikuti langkah-langkah yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan, dan tentunya metode Problem Solving akan melibatkan kegiatan sendiri dengan bimbingan dari guru.
 Maka jenis metode mengajar bervariasi yang dilakukan Yesus berdasarkan Markus 12:13-17 ialah:
1.    Metode Observasi (Pengamatan)
2.    Metode tanya jawab.
3.    Metode menggunakan media/alat peraga.
4.    Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving).

2.    Minat Belajar PAK
2.1.                 Pengertian Minat Belajar
Minat sangat mempengaruhi proses belajar mengajar, aktif pasifnya anak didik dalam proses belajar mengajar, salah satu faktornya tergantung pada ada atau tidaknya minat belajar si anak. Tanpa minat belajar maka aktivitas belajar mengajar kemungkinan dapat menjadi rendah.
Menurut Slameto (2010:180): “Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh”. Sejalan dengan pendapat tersebut Holland dalam Djaali (2013:122) mengatakan bahwa: “Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat tidak timbul secara sendirian, ada unsur kebutuhan, misalnya minat belajar, dan lain-lain
Jika dilihat dari segi pikologisnya minat merupakan adanya perhatian terhadap sesuatu obyek karena menarik perhatian, seperti yang dikatakan Khairani (2013:137-138) mengatakan bahwa: “Minat adalah gejala psikologis yang menunjukkan bahwa minat adanya pengertian subyek terhadap obyek yang menjadi sasaran karena obyek tersebut menarik perhatian dan menimbulkan perasaan senang sehingga cenderung kepada obyek tersebut”.
Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa minat merupakan kecenderungan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu oleh adanya kemauan atau keinginan untuk memperoleh sesuatu yang menarik perhatian. Maka peranan minat dalam proses belajar mengajar adalah untuk pemusatan pemikiran dan juga untuk menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar. Seperti, adanya kegembiraan hati, dapat memperbesar daya kemampuan belajar dan juga membantunya untuk tidak melupakan apa yang telah dipelajari. Jadi belajar dengan penuh minat, dapat membuat rasa kepuasan dan kesenangan tersendiri.
2.2.    Aspek-Aspek Minat Belajar
Aspek-aspek minat belajar merupakan bagian-bagian yang ikut serta dalam minat belajar. Adanya aspek-aspek minat belajar akan membantu guru untuk mengetahui apakah seorang siswa itu berminat terhadap pelajaran yang diajarkan.
Sardiman (2006:76) mengemukakan: “Minat merupakan kecenderungan seseorang kepada sesuatu (biasanya disertai rasa senang), karena ia merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu”. Jadi jelas bahwa minat akan selalu berkaitan dengan soal kebutuhan atau keinginan. Kemudian Slameto (2010:180) mengatakan ada beberapa aspek minat belajar, yaitu: perhatian, keinginan, rasa suka  dan rasa senang.
Selanjutnya Gie (1998) yang dikutip oleh Khairani (2013:143) menegaskan juga tentang arti pentingnya minat dalam kaitanya dengan pelaksanaan belajar,
“Arti pentingnya minat belajar:
1.    Minat melahirkan perhatian yang serta merta.
2.    Minat memudahnya terciptanya konsentrasi.
3.    Minat mencegah gangguan dari luar.
4.    Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan
5.    Minat memperkecil kebosanan belajar yang ada di dalam diri sendiri”.

Dari uaraian di atas jelas bahwa minat merupakan salah satu faktor penunjang untuk  meraih sukses dalam belajar. Untuk meraih kesuksesan dalam belajar tentu terlebih dahulu seseorang harus meminati yang namanya belajar, karena dari belajar seseorang dapat menambah wawasan dan pengetahuan lebih luas lagi. Jika seseorang tidak memiliki minat belajar maka rasa malas akan belajar akan timbul serta mengakibatkan terhambatnya keberhasilan dalam meraih kesuksesan yang ingin  dicapai.  Minat sangat berfungsi di dalam proses pembelajaran yakni melahirkan perhatian spontan yang memungkinkan terciptanya konsentrasi untuk waktu yang lama.
2.3.    Cara-cara Yang Dilakukan Untuk Membangkitkan Minat Belajar
Pelajaran akan berjalan lancar bila ada minat. Anak-anak akan malas, tidak belajar dan gagal karena tidak adanya minat.
Menurut Sanjaya (2009:28-29):
“Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa, diantaranya:
1.         Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa, minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahan materi pelajaran jika itu berguna untuk kehidupannya.
2.         Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa.
3.         Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi”


Selanjutnya Sardiman  (2011:95) mengatakan:
“Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara berikut:
1.    Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
2.    Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.
3.    Memberi kesepakatan untuk mendapat hasil yang baik.
4.    Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar”.

Selanjutnya Slameto (2010:180) mengemukakan:

 “Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya”.

Dari pendapat di atas terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa yaitu dengan cara menghubungkan bahan pelajaran dengan materi, tingkat kemampuan, berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi.

B.       Landasan Konseptual
Metode mengajar bervariasi merupakan penggabungan beberapa metode. Dimana metode mengajar bervariasi bertujuan untuk mengatasi rasa jenuh dan meningkatkan minat belajar siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Minat belajar merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk belajar yang ditimbulkan oleh adanya kemauan atau keinginan untuk menerima pengajaran.
Di dalam mengajar, guru harus memilih metode mengajar secara selektif dan hati-hati, karena setiap metode mengajar memiliki sifat masing-masing, baik mengenai kelebihan-kelebihannya maupun kelemahan-kelemahannya. Semakin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar, maka semakin besar pula tingkat keberhasilan yang dicapai dalam kegiatan proses pembelajaran tersebut. Demikian juga halnya dengan belajar, semakin besar minat seseorang dalam mengikuti pelajaran maka hasil yang dicapai pun akan semakin baik. Dengan demikian guru harus menciptakanproses pembelajaran yang menarik dan tidak monoton sehingga siswa berminat dalam belajar. Semakin besar minat seoarang anak dalam mengikuti pelajaran maka hasilyang dicapaipun akan semakin baik. Sehingga dengan adanya minat siswa dalam belajar, maka proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik serta tujuan pembelajaran akan terpenuhi.

C.      Pengujian Hipotesa
Di dalam penelitian suatu karangan ilmiah perlu dirumuskan suatu hipotesa untuk membimbing penulis dalam penyelesaian penelitiannya.
Menurut Arikunto (2006:37): “Hipotesa dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”.
Jadi berdasarkan uraian di atas, hipotesa penelitian ini adalah: “terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara metode mengajar bervariasi berdasarkan Markus 12:13-17 terhadap minat belajar siswa kelas XI SMA Negeri 2 Siborongborong Tahun Pembelajaran 2014/2015”
         


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI SMA Negeri 2 Siborongborong Tahun Ajaran 2014/2015, berada di Jl. Balige Km. 1 Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai dengan bulan November 2014.
Adapun alasan penulis memilih lokasi tersebut adalah karena belum pernah diadakan penelitian tentang pengaruh metode mengajar bervariasi berdasarkan Markus 12:13-17 terhadap minat belajar siswa. Selain itu dari hasil observasi penulis dengan guru bidang studi terlihat bahwa minat belajar siswa masih rendah dalam belajar PAK.

B.     Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Setiap kegiatan penelitian akan selalu berhadapan dengan populasi atau objek yang diteliti, baik berupa manusia, benda maupun suatu peristiwa. Hal ini diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam lokasi penelitian tersebut. Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah siswa-siswi Kelas XI SMA Negeri 2 Siborngborong Tahun Pembelajaran 2014/2015 yang beragama Kristen Protestan dengan jumlah 284 orang yang terdiri dari 2 jurusan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1. Data Populasi

No.
Kelas/jurusan
Jumlah
1
XI IPA 1
36 orang
2
XI IPA 2
33 orang
3
XI IPA 3
37 orang
4
XI IPA 4
37 orang
5
XI IPA 5
37 orang
6
XI IPS 1
32 orang
7
XI IPS 2
37 orang
8
XI IPS 3
35 orang

Jumlah
284 orang

Sumber: Tata Usaha SMA Negeri 2 Siborogborong Tahun 2014

2.      Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah teknik proportionate stratified random sampling karena populasi yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
Arikunto (2006:131) mengatakan bahwa: “Apabila subjek dari populasi kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlahnya lebih besar dari 100 maka dapat diambil 10-15% atau 20-25%”.
Maka berdasarkan pendapat tersebut penulis menentukan sampel penelitian ini, yakni 20% dari 284 orang yaitu 55 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.2. Data Sampel
No
Kelas
Populasi
Perhitungan
Jumlah
1
XI IPA 1
36 orang
20%x36=7,2
7
2
XI IPA 2
33 orang
20%x33=6,6
7
3
XI IPA 3
37 orang
20%x37=7,4
7
4
XI IPA 4
37 orang
20%x37=7,4
7
5
XI IPA 5
37 orang
20%x37=7,4
7
6
XI IPS 1
32 orang
20%x32=6,4
6
7
XI IPS 2
37 orang
20%x37=7,4
7
8
XI IPS 3
35 orang
20%x35=7
7

Jumlah
284 orang

55 orang


C.    Defenisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang saling berhubungan, yaitu:
1.      Metode mengajar Bervariasi Berdasarkan Markus 12:13-17 sebagai Variabel Bebas (X)
Metode mengajar bervariasi merupakan metode yang lebih dari satu atau penggabungan beberapa metode. Dimana metode mengajar bervariasi tersebut bertujuan untuk membangkitkan minat belajar siswa pada saat Proses Belajar Mengajar sedang berlangsung.
Metode mengajar yang digunakan guru gunakan dalam setiap kali pertemuan bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang sesuai dengan perumusan tujuan instruksional khusus. Untuk itu guru harus menggabungkan beberapa metode seperti halnya yang dilakukan oleh Yesus, sehingga akan mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Adapun Indikator metode mengajar bervariasi terdiri dari:
1.   Metode Observasi (Pengamatan)
2.   Tanya Jawab
3.   Media Pembelajaran
4.   Pemecahan Masalah (Problem Solving)
2.      Minat Belajar Siswa sebagai Variabel terikat (Y)
Minat merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu yang ditimbulkan oleh adanya kemauan atau keinginan untuk memperoleh sesuatu. Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.  Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.
Adapun indikator minat belajar adalah sebagai berikut:
1.      Perhatian.
2.      Keinginan.
3.      Suka
4.      Senang

D.    Instrumen Penelitian
1.   Angket
Instrumen adalah alat pada waktu peneliti menggunakan suatu metode. Maka untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan instrumen kuisioner atau angket tertutup. Dimana peneliti telah menyediakan jawaban dalam bentuk pilihan yang terdiri dari option a, b, c dan d.
Adapun alasan penulis mengumpulkan angket tertutup sebagai alat pengumpulan data yaitu:
a.       Angket dapat mengumpulkan data dalam waktu yang relatif singkat.
b.      Waktu untuk mengisi relatif singkat sehingga tidak ada kesempatan untuk mempengaruhi dan dipengaruhi orang lain.
c.       Lebih mudah untuk mengolah data.
d.      Dengan menggunakan angket, responden lebih mudah memberikan jawaban dengan memilih salah satu option yang sesuai dengan pendapat dan pengalamannya.
2. Kisi-kisi Angket
Instrument penelitian disusun berdasarkan teori yang ada dan disesuaikan dengan indikator  sebagaimana dalam defenisi operasional, maka kisi-kisi angket disusun seperti yang tercantum pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.3. Kisi-kisi Angket
No
Variabel
Indikator
No. Item
Jumlah
1
Metode Mengajar Bervariasi Berdasarkan Markus 12:13-17
a.       Observasi
b.      Tanya Jawab
c.       Media Pembelajaran
d.      Problem Solving
1,2,3,4,
5,6,7

8,9,10,11

12,13,14,15
4
3

4

4
2
Minat Belajar
a.       Perhatian
b.      Keinginan
c.       Suka
d.      Rasa Senang
16,17,18,19
20,21,22
23,24,25,26
27,28,29,30
4
3
4
4
Jumlah
30

3.    Skala Nilai
Penelitian ini menggunakan angket positif dan angket disusun berdasarkan pilihan berganda.  Menurut Sugiyono (2010:93): “Jawaban setiap item instrument yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari positif yang dapat berupa kata-kata antara lain:
a.       Selalu diberi skor 4
b.      Sering diberi skor 3
c.       Kadang-kadang diberi skor 2
d.      Tidak pernah diberi skor 1
4.            Uji Coba Instrumen
Berdasarkan kisi-kisi angket, penulis menyusun angket dengan jumlah 30 item. Angket diujicobakan untuk mengetahui validitas dan realibilitas angket. Setiap angket yang akan disebarkan terlebih dahulu diujicobakan kepada 30 siswa SMA Negeri 2 Siborongborong di luar sampel penelitian.
4.1. Uji Validitas Instrumen
Menurut Arikunto (2006:169): “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan sesuatu  instrument. Sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat mengugkap data dari variabel  yang diteliti secara tepat.
Uji validitas instrument dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan instrument yang digunakan. Untuk mengetahui harga koefisien, penulis menggunakan rumus koefisien korelasi, dengan menggunakan rumus korelasi product moment pearson dengan angka kasar yang ditulis oleh Arikunto (2006:170):
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara X dengan Y
ΣX = Jumlah skor variabel X
ΣY = Jumlah skor variabel Y
ΣXY = Jumlah skor perkalian XY

4.2. Uji Realibilitas Instrumen
Uji realibilitas instrument merupakan alat pengumpulan data yang dipercaya dan menunjukkan kepada tingkat keterandalan sesuatu. Sebelum uji realibilitas angket dilakukan, perlu dicarai terlebih dahulu varians setiap butir itemnya dengan menggunakan rumus yang dikemukakan Arikunto (2006:184):
Keterangan:
σb2 = Jumlah varians butir
ΣX2 = Jumlah kuadrat  X
N = Jumlah responden
Keterandalan instrumen dalam penelitian ini dapat dianalisis dengan rumus formula alpha Cronbach yang dikemukakan Arikunto (2006:184) sebagai berikut:
Keterangan:
r11         = Relaibilitas instrumen
k         = Jumlah item
Σσb2    = Jumlah varians item soal
σt2        = Jumlah varians total
Kemudian untuk mengetahui tinggi rendahnya realibilitas instrumen tersebut harga r11 dikonsultasikan dengan cara mengartikan indeks kolerasi hitung dengan interpretasi sederhana sebagaimana yang dikatakan Arikunto (2006:276) yaitu:
0,800-1,000 = Tinggi
0,600-0,800 = Cukup
0,400-0,600 = Agak rendah
0,200-0,400 = Rendah
0,000-0,200 = Sangat rendah (tak berkolerasi)

E.     Teknik Pengumpulan Data
Langkah-langkah yang digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:
1.   Memberikan angket kepada responden
2.   Memberikan penjelasan tentang cara pengisian angket
3.   Mengumpulkan angket pada saat itu juga

F.     Teknik Analisa Data
Dalam menganalisa data penulis mengorganisasikan pengolahan data sebagai berikut:
1.   Mendistribusikan jawaban responden tentang Metode Mengajar Bervariasi Berdasarkan Markus 12:13-17 (variabel X) dan minat belajar siswa (variabel Y) berdasarkan alternatif pilihan jawaban untuk setiap item.
2.   Mendistribusikan jawaban responden tentang Metode Mengajar Bervariasi Berdasarkan Markus 12:13-17 (variabel X) dan minat belajar siswa (variabel Y) berdasarkan bobot pilihan jawaban untuk setiap item.
3.   Menguji persyaratan analisis dengan langkah sebagai berikut:
1.Uji hubungan
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel X dengan variabel Y, maka digunakan rumus korelasi product moment pearson dengan nilai simpangan yang dikemukakan oleh Arikunto (2006:170) sebagai berikut:


Dimana:
X =  Skor rata-rata X
Y = Skor rata-rata Y
Σxy = Jumlah hasil dari x dan y
2.Uji signifikan hubungan (uji t)
Untuk mengetahui uji signifikan hubungan maka digunakan rumus yang dikemukakan Sugiyono (2010:184) sebagai berikut:
Dimana:
t = Taraf nyata
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah responden
4.      Analisis regresi
a.        Menguji persamaan regresi Y atas X
Untuk mengetahui konstanta regresi (a) dan koefisien (b) digunakan rumus yang dikemukakan Sudjana (2002:315):

Dimana:
a = Konstanta
b =  Koefisien regresi
Untuk mengetahui persamaan regresi Y atas X digunakan rumus yang dikemukakan Sudjana (2002:315):
Ŷ = Nilai yang diprediksikan
a =  Konstanta
b = koefisien regresi
X = nilai variabel  X
b.      Uji koefisien determinasi (r2)
Menurut Sugiyono (2010:185) mengemukakan:  “Analisis korelasi dapat dilanjutkan dengan menghitung koefisien determinasi, dengan cara mengkuadratkan koefisien yang ditemukan”.
Dari pendapat tersebut  maka koefisien determinasi (r2) dapat dihitung dengan rumus: r2 = (rxy)2
Selanjutnya menurut Sugiyono (2010:185): “Dari uji koefisien determinasi dapat dihitung besarnya presentase pengaruh X atas  Y diketahui dengan mengalikan nilai r2 dengan 100% (r2x100%)”.
5.      Uji Hipotesa
Menurut Sudjana (2002:328):  “Hasil bagi F = S2reg/S2res ternyata berdistribusi F dengan dk pembilang satu dan dk penyebut (n-2). Berdasarkan hal ini, hipotesis H0 = 0 ditolak jika Fhitung F(1.x)(1.n-2)”.
Adapun rumusan hipotesis untuk regresi linear sederhana adalah:
H0 : β = 0   (Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Metode Mengajar Bervariasi Berdasarkan Lukas 8:4-15  dengan minat belajar siswa SMA Negeri 2 Siborongborong Tahun Pembelajaran 2014/2015).
H0 : β ≠ 0   (Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara Metode Mengajar Bervariasi Berdasarkan Lukas 8:4-15 dengan minat belajar siswa SMA Negeri 2 Siborongborong Tahun Pembelajaran 2014/2015).
Untuk mengetahui nilai Fhitung menggunakan rumus yang  dikemukakan oleh Sudjana (2002:327) yaitu analisis varians untuk regresi linear sederhana yaitu:



Tabel 3.4.
Rumusan Analisis Varians (ANAVA) Regresi Linear Sederhana
Sumber Variasi
dk
JK
KT
F
Regresi (a)

Regresi (b/a)

Residu
1

2

n-2
(ΣY)2 / n
JK (b / a)


2
(ΣY)2 / n


Jumlah
n
ΣY2



Kriteria penolakan hipotesa:
a.    H0 : β = 0 jika Fhitung F(1.α)(1.n-2) maka H0 diterima.
b.   H0 : β ≠ 0 jika Fhitung F(1.α)(1.n-2) maka H0 ditolak.





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar